Minggu, 29 Juli 2007

Memahami Arti Hidup

Di saat manusia mulai beranjak dewasa, saat akalnya mulai sempurna bekerja, di saat itulah ia mulai berfikir tentang “keberadaan” dirinya di dunia. Beberapa pertanyaan pokok dan mendasar sifatnya, muncul berkaitan dengan “adanya” dia di dunia ini. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian dijadikan sebagai pijakan dalam menjalani kehidupannya di dunia, terlepas apakah jawabannya itu benar atau salah.

Setidaknya ada tiga pertanyaan mendasar yang harus dijawab manusia. Pertanyaan tersebut adalah: dari manakah manusia, alam dan kehidupan ini berasal; untuk apa semuanya itu diciptakan; dan akan kemana nantinya setelah kehidupan ini berakhir. Pertanyaan-pertanyaan inilah yang kemudian disebut Uqdatul Kubro (masalah/simpul yang sangat besar).

Allah SWT berfirman: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembahKu.” (TQS. Adz Dzaariyaat : 56)

Dari ayat ini, jelaslah bahwa posisi manusia adalah sebagai seorang hamba Allah, yang tidak lain diciptakan oleh Allah hanya untuk menyembah-Nya. Seorang muslim akan senantiasa menyelesaikan suatu permasalahan dengan sudut pandang Islam.

Islam sebagai dien yang sempurna, telah memecahkan Uqdatul Kubro pada diri manusia melalui proses berfikir yang jernih, menyeluruh, benar, sesuai dengan akal, menentramkan jiwa dan sesuai dengan fitrah manusia.

Islam menjawab bahwa dibalik alam semesta, manusia dan kehidupan ada Al Khaliq (sang Pencipta), yang mengadakan semua itu dari tidak ada menjadi ada. Al Khaliq itu sendiri bersifat wajibul wujud (pasti adanya), bukan makhluk karena sifatnya sebagai pencipta memastikan dirinya bukan makhluk. Adapun bukti bahwa segala sesuatu itu mengharuskan adanya pencipta adalah sebagai berikut. Bahwasanya segala hal yang dapat dijangkau manusia dengan akalnya adalah alam semesta, manusia dan kehidupan. Ketiga unsur tersebut semuanya bersifat terbatas, lemah serba kurang dan saling membutuhkan kepada yang lain. Manusia misalnya, disaat sakit tidak bisa berbuat apa-apa dan kehidupan manusia pun suatu saat akan berakhir. Begitu juga dengan alam semesta, yang semakin lama menunjukkan tanda-tanda kepunahan, misalnya gunung yang meletus dan lain sebagainya. Dari sini jelaslah bahwa segala sesuatu yang terbatas pastilah membutuhkan sesuatu yang tidak terbatas, yang bersifat Maha Segalanya. Dengan kata lain Dia kekal abadi. Sesuatu itu tidak lain adalah “Al Khaliq” yang menciptakan manusia, alam semesta, dan kehidupan. Dialah Allah SWT. Allah SWT berfimran: “Katakanlah:“Dialah Allah, yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.” (TQS. AL Ikhlas: 1-2)

Dengan demikian iman kepada Allah SWT, sesungguhnya dapat dibuktikan berdasarkan akal dan dalam jangkauan akal manusia. Akan tetapi untuk memahami Dzat Allah SWT, itu adalah sesuatu yang sangat mustahil karena berada di luar jangkauan akal manusia. Keterbatasan ini, seharusnya menjadi penguat keimanan seorang hamba kepada-Nya.

Keimanan kepada Allah SWT mengharuskan kita mengimani Rasulullah Muhammad SAW sebagai utusan-Nya, mengimani Al Qur’an sebagai pedoman hidup di dunia, serta mengimani apa yang dikabarkan dalamnya seperti keimanan kepada hari kiamat, malaikat para Rasul dan mengimani qadha qadar baik dan buruknya dari Allah semata.

Oleh karena itu, kita wajib beriman kepada kehidupan sebelum dunia, yaitu adanya Allah SWT dan proses penciptaan oleh-Nya, serta beriman kepada kehidupan setelah dunia yaitu hari akhirat. Perintah-perintah Allah itu merupakan tali penghubung antara kehidupan dunia dengan kehidupan sebelum dunia yaitu hubungan penciptaan sekaligus menjadi tali penghubung kehidupan dunia dengan kehidupan sesudah dunia. Dan manusia terikat oleh tali penghubung ini. Karenanya, manusia wajib berjalan dalam kehidupan ini sesuai dengan peraturan Allah dan wajib beritiqad bahwa ia diciptakan olah Allah dan akan dihisab di hari kiamat atas segala perbuatan di dunia. Inilah yang dimaksud dengan Aqidah Islam.

Berdasarkan aqidah Islam inilah, seharusnya seorang muslim melangkah dalam kehidupan. Jadi seorang muslim akan menjawab Uqdatul Kubro dengan jawaban: “dibalik alam semesta, manusia dan kehidupan ini ada Sang Pencipta (Allah SWT), yang menjadikannya ada di dunia, yang diberi tugas semata-mata hanya untuk beribadah kepadaNya dan ia yakin bahwa kelak ada kehidupan lain setelah kehidupan ini untuk mempertanggungjawabkan segala perbuatannya di dunia”. Wallahua’lam bishshawab [] salwa/bkim




1 komentar:

Unknown mengatakan...

Sesungguhnya orang yang memerhatikan tentang alam ,lambat laun akan mengenali siapa penciptanya...setelah mengenal pencipta barulah seseorang itu memahami erti hidup..