Minggu, 29 Juli 2007

Dibalik Kilauan Cinta

CINTA, lima huruf yang sampai detik ini orang terus berusaha mencari artinya. Tidak ada yang benar sempurna dalam menerjemahkan arti cinta, juga tidak ada yang tidak bisa menemukan arti dari cinta, karena kita selalu hidup dalam hamparan cinta, kita senantiasa hidup diantara cinta....

Diakui atau tidak, cinta memang memendam kekuatan yang luar biasa dahsyatnya. Saat seseorang telah tertanam dalam dadanya cinta yang menggebu, maka akan tertanam juga dalam jiwanya sebuah kekuatan yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Kekuatan cinta telah membawa kehidupan yang penat ini menjadi begitu indah. Dengan kekuatan cinta pula kesengsaraan dan kesulitan terasa menjadi ringan bahkan kerap menjadi bagian dari perjalanan hidup ini yang mesti dilalui. Cinta membuat semuanya menjadi indah. Kala cinta telah bersemi, maka ia laksana air yang terus mengalir menyusuri hamparan bumi, laksana udara yang senantiasa mengisi ruang-ruang sunyi. Cinta ibarat titik-titik cahaya yang memberikan sinarnya kepada setiap insan yang berada dalam hamparan cinta saat mengarungi kehidupan ini. Cahayanya seterang mentari pagi, yang berjalan melewati ufuk. Seluas samudera, yang terhampar dengan kemilaunya. Setinggi angkasa, yang terpancang dalam kegagahannya. Itulah cinta. Dibanyak waktu dan kesempatan orang berlomba untuk menarik hatinya dalam pautan cinta. Seseorang yang telah dipenuhi hatinya dengan cinta akan belajar bagaimana caranya memberi dan menerima. Dia juga akan mencoba untuk menyelami arti dari sebuah pengorbanan dan kesabaran, memahami untuk bisa mempertahankan dan melepaskan. Karena cinta pula seseorang rela terjaga dalam kesendirian hanya semata untuk mencurahkan rasa rindu yang membuncah kepada kekasihnya. Pengorbanan dan kesulitan yang dihadapi tak jarang justru menjadi pelecut cinta itu sendiri. Ya, dengan cintalah seseorang akan merelakan hidupnya dipenuhi dengan kesengsaran dan kesulitan. Namun, cinta yang begitu dahsyat kekuatannya tidak akan bermakna apa-apa kala ia tidak dibingkai dengan cahaya Islam. Cinta yang dengan kekuatannya akan membuat hidup terasa indah pun tidak akan membuahkan kebahagiaan bila tidak diberikan sepenuhnya kepada Dzat yang telah menghembuskan rasa cinta itu sendiri. Singkatnya cinta hakiki yang akan melahirkan kebahagiaan hanyalah cinta yang kita berikan kepada Yang Maha Mencinta, kepada Dzat Yang Sempurna KecintaanNya. Dialah Allah, penguasa semesta alam, Rabb Yang Maha Gagah lagi Maha Bijaksana. Bukti dari kecintaan kita kepada Allah SWT adalah sikap pasrah kita akan keputusan dan aturan Allah SWT. Allah SWT berfirman: “Katakanlah, jika kalian (benar-benar) mencintai Allah, maka ikutlah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosa kalian, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (TQS Ali Imran [3]:31) Salah satu sikap dari seorang yang telah diliputi hatinya dengan kecintaan kepada Allah SWT adalah ia senantiasa mengharapkan sesuatu yang ada dalam sosok yang dicintainya. Dia juga akan merasakan ketakutan yang mendalam saat dia tidak lagi dilirik oleh yang dia cintai. Maka saat malam menjelang, kala sunyi menyelimuti, dia akan tetap terjaga dalam sepi, menyendiri untuk bersimpuh dan bercumbu dengan Dzat Yang Maha Lembut untuk meraih cinta suciNya. Rengkuhan ruku dan sujudnya akan begitu syahdu seiring dengan derai air mata yang membesahi untuk mengiba belas kasihNya. Wahai para pecinta, berbahagialah saat sejuta bahkan lebih cahaya cinta telah membingkai hati. Saat jiwa mulai merasakan sebuah ketenangan hakiki di bawah curahan hidayah dari Dzat Yang Maha Indah. Berbahagialah karena Allah SWT telah mengundang para pecinta dengan firmanNya: “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridloiNya. Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hambaKu. Dan masuklah ke dalam surgaKu.” (TQS Al Fajr [89]: 27-30). [] nn/bkimipb




Tidak ada komentar: