Jumat, 06 Juli 2007

Kecemburuan Istri Rasulullah

Cemburu merupakan tanda adanya cinta, mustahil orang yang mengakui mencintai kekasihnya (suaminya/istrinya) tidak memiliki rasa cemburu. Cemburu merupakan tanda kesempurnaan cinta, akan tetapi cemburu bisa tercela apabila terlalu berlebihan dan melampui batas. Aisyah RA adalah seorang wanita pencemburu. Hal ini terjadi karena begitu besar rasa cintanya kepada kekasihnya, yaitu Rasulullah SAW.

Dari Aisyah, bahwa Rasulullah SAW keluar dari rumahnya pada suatu malam. Aisyah menuturkan : Maka aku pun menjadi cemburu kepada beliau sekiranya beliau mendatangi istri yang lain. Kemudian beliau kembali lagi dan melihat apa yang terjadi pada diriku. "Apakah engkau sedang cemburu?" tanya beliau. "Apakah orang semacam aku ini tidak layak cemburu terhadap orang seperti engkau?" tanyaku. "Rupanya syetan telah datang kepadamu," sabda beliau. "Apakah ada syetan besertaku?" tanyaku. "Tak seorang pun melainkan bersamanya ada syetan." jawab beliau. "Besertamu pula?" tanyaku. "Ya, hanya saja Allah menolongku untuk mengalahkannya sehingga aku selamat," jawab beliau. (HR. Muslim dan Nasa'i).

Dari Aisyah, dia berkata : Aku tidak pernah melihat orang yang pandai masak seperti halnya Shafiyah. Suatu hari dia membuatkan makanan bagi Rasulullah SAW yang ketika itu beliau di rumahku. Seketika itu badanku gemetar karena rasa cemburu yang menggelegak. Lalu aku memecahkan bejana Shafiyah. Aku pun menjadi menyesal sendiri. Aku berkata, "Wahai Rasulullah, apa tebusan atas yang aku lakukan ini?" Beliau menjawab, "Bejana harus diganti dengan bejana yang sama, makanan harus diganti dengan makanan yang sama." (HR. Abu Daud dan An-Nasa'i).

Sedangkan dalam riwayat lain dari Anas bin Malik RA, dia menceritakan : Nabi SAW pernah berada di sisi salah seorang istrinya. Kemudian seorang dari ummul mukminin mengirimkan satu mangkuk makanan. Lalu istri Nabi yang berada di rumahnya memukul tangan Rasulullah sehingga mangkuk itu jatuh dan pecah. Maka Nabi pun mengambil dan mengumpulkan makanan di dalamnya. Beliau berkata, "Ibumu cemburu, makanlah." Maka mereka pun segera memakannya. Sehingga beliau memberikan mangkuk yang masih utuh dari istri di mana beliau berada, dan meninggalkan mangkuk yang telah pecah tersebut di rumah istri yang memecahkannya. (HR. Bukhari, Ahmad, Nasa'i, dan Ibnu Majah).

Hadits senada di atas dengan beberapa tambahan, yaitu di dalam Ash-Shahih, dari hadits Humaid dari Anas RA, dia berkata : Ada di antara istri Nabi SAW yang menghadiahkan semangkuk roti dicampur kuah kepada beliau, selagi beliau berada di rumah istri beliau yang lain (Aisyah). Aisyah menepis tangan pembantu yang membawa mangkuk, sehingga mangkuk itu pun jatuh dan pecah. Nabi SAW langsung memunguti roti itu dan meletakkan kembali di atas mangkuk, seraya berkata, "Makanlah. Ibu kalian sedang cemburu." Setelah itu beliau menunggu mangkuk pengganti dan memberikan mangkuk yang pecah itu kepada Aisyah. (Diriwayatkan oleh Bukhari, Tirmidzi, Ahmad, Abu Daud, dan Nasa'i).

Begitu pula kecemburuan Aisyah terhadap Shafiyah. Tatkala Rasulullah tiba di Madinah bersama Shafiyah yang telah dinikahinya, dan beliau berbulan madu bersamanya di tengah jalan, maka Aisyah berkata : Aku menyamar lalu keluar untuk melihat. Namun beliau mengenaliku. Beliau hendak menghampiriku, namun aku berbalik dan mempercepat langkah kaki. Namun beliau dapat menyusul lalu merengkuhku, seraya bertanya, "Bagaimana pendapatmu tentang dia?" Aku menjawab, "Dia adalah wanita Yahudi di tengah para wanita yang menjadi tawanan." (HR. Ibnu Majah).

Aisyah RA pernah berkata : Aku tidak pernah cemburu terhadap wanita seperti kecemburuanku terhadap Khadijah, karena Nabi SAW seringkali menyebut namanya. Suatu hari beliau juga menyebut namanya, lalu aku berkata, "Apa yang engkau lakukan terhadap wanita tua yang merah kedua sudut mulutnya? Padahal Allah telah memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadamu." Beliau bersabda, "Demi Allah, Allah tidak memberikan ganti yang lebih baik darinya kepadaku." (Diriwayatkan Bukhari).

Aduhai, kecemburuan yang sangat mendalam hanya karena kekasihnya menyebut wanita lain padahal wanita yang disebutnya telah kembali kepada Zat Yang Mulia tetap membuatnya cemburu. Akan tetapi bisa engkau lihat, ya ukhti, betapa mulianya akhlak Rasulullah terhadap istrinya yang cemburu. Tidaklah beliau mengeluarkan perkataan yang kasar melainkan kata-kata yang haq. Semoga para suami kita bisa meneladani sikap dan akhlak beliau, Nabi SAW. Karena hanya beliaulah sebaik-baik sosok teladan yang patut untuk ditiru dan dicontoh oleh semua umatnya. Sebagaimana dalam firmanNya, "Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah itu suri tauladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan kedatangan hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah." (QS. Al-Ahzab : 21).



Tidak ada komentar: